Di dunia ini tidak ada yang pasti, yang ada hanya mungkin saja terjadi. Janganlah merendahkan atau mengecilhan pandangan kita terhadap orang lain, karna kita tidak tau apa rencana Tuhan selanjutnya, untuk org itu maupun kita.
Sabtu, 26 Oktober 2013
Minggu, 20 Oktober 2013
Just Wanna See You
Indri
Oktaviana
Just Wanna See You
Delapan
dari sepuluh manusia di dunia beranggapan bahwa LDR atau Long Distance Relationship
itu mustahil terjadi. Mereka tidak percaya adanya hubungan jarak jauh yang bisa
membuat perasaan sebuah pasangan akan bertambah baik, bahkan dapat berlanjut ke
jenjang pernikahan. Mungkin mereka ada benarnya karena menurut survey yang telah mereka lihat selama
ini. Kali ini saya akan bercerita tentang sepasang kekasih yang menjalankan
hubungan LDR selama empat tahun dan mereka
melalui suatu masalah yang lumayan untuk dipelajari oleh pasangan lainnya.
Sudah empat tahun lamanya Firsa melalui hari demi hari
yang indah tanpa kekasihnya karena suatu pekerjaan. Walaupun Nino kekasihnya
itu selalu pulang untuk menemui Firsa setahun dua kali, tetapi mungkin belum
cukup untuk melepaskan semua rindu yang menyelimuti hati kedua anak manusia
ini. Selama Nino jauh dari Firsa, Nino menghubungi Firsa lewat pesan dari
telepon genggamnya. Isi pesan tersebut tidak berbeda jauh setiap harinya. “
Kamu sudah makan Firsa?” “Kamu sedang apa sekarang?” “Jangan lupa sholat ya.” “Hati-hati
dimanapun berada sayang.” Begitu pula dengan Firsa saat menjawab pesan Nino.
Kebetulan di kampusnya Firsa memiliki teman yang sekarang
bernasib sama dengannya. Selain sama-sama merasakan hubungan jarak jauh, dia
dan temannya ini juga sama-sama memiliki tambatan hati di satu perusahaan yang
sama di pulau jawa. Namanya Lauren. Lauren sudah menjalin hubungan dengan Hardi
selama setengah tahun belakangan ini. Lauren terlihat sangat menyayangi dan
mengagumi sosok Hardi yang baru-baru ini menyelamatkan dirinya dari bahaya laki-laki
penghianat. Akhirnya Lauren berhasil untuk Move
On dari mantan kekasihnya.
“Fir, kamu kelihatan seperti sedang menunggu
sesuatu?menunggu telepon dari taksi?” tanya Lauren yang melihat Firsa duduk
gelisah memegang telepon genggam miliknya di taman depan kampus.
“Tidak kok Ren, oh iya, hari ini mereka liburan ke puncak
ya bersama karyawan lain?asik ya. Seandainya kita bisa ada disana ya.” Jawabanku
sambil melengkungkan senyuman yang penuh harapan.
“Iya, aku juga ingin sekali bisa pergi ke suatu tempat
yang indah bersama Hardi. Hardi barusan mengabariku bahwa mereka baru sampai
dan saat ini sedang bermain di kebun teh. Dia seperti ingin sekali membuatku
iri dengan cerita-ceritanya tentang keindahan kebun teh disana.”
Firsa mulai mengerutkan alisnya. “Oh. Dia sudah
menghubungimu Ren?sejak kapan?” Jantung Firsa tiba-tiba berdegub lebih cepat
dari sebelumnya.
Lauren menjawab dengan mimik wajah heran. “Sejak tadi
pagi. Memangnya kenapa?” Firsa hanya terdiam dengan tatapan kosong seakan ada
sesuatu yang mengganjal di pikirannya. Memang sejak tadi pagi Nino belum
menghubunghinya. Terakhir Nino mengabarkan bahwa dia sudah hampir sampai tapi
masih beristirahat di suatu kedai teh di jalan menuju puncak. Itu pun saat
matahari masih antara mau tidak mau menyinari bumi.
“Sekarang sudah hampir pukul tiga sore. Kenapa dia belum
juga mengirimi aku pesan?apa ada sesuatu yang membuatnya tidak ingin diganggu
olehku?” Firsa bergumam sendiri di dalam taksi menuju Cafe di Mall dekat
kampusnya. Kebetulan dia sudah ada janji untuk bertemu dengan teman lamanya
disana.
“Kamu dimana?maaf
jika aku memang mangganggumu yang sedang bersenang-senang disana bersama
karyawan lain. Aku hanya ingin tahu kabarmu. Jika memang tidak penting tidak
perlu kau hiraukan.” Begitu pesan yang dikirimkan oleh Firsa kepada Nino.
Tak lama Firsa menerima pesan balasan dari Nino untuknya.
Saat membacanya Firsa tidak bisa mengendalikan kecepatan jantung dan nafasnya
yang saat itu berlomba-lomba. “Aku sudah
mengirimkan pesan untukmu dan sampai sekarang belum kau balas. Mungkin aku yang
mengganggumu. Maaf.”
“Kapan kau mengirim
pesan untukku?mungkin kau hanya berhalusinasi dan mengirimkan pesan untuk
wanita lain di handphone mu. Sudahlah, aku tidak akan mengganggumu lagi.
Selamat bersenang-senang.” Firsa mengirimkan pesan terakhir itu pada Nino
yang saat ini sedang berada di Puncak besama teman karyawan lain. Mereka
sengaja berlibur untuk menghilangkan penat disana.
“Terserah kamu
Firsa. Silakan kau mau berpikiran buruk macam apa terhadapku. Aku lelah dan tertidur
karena semalaman menyetir mobil hingga sampai disini. Terimakasih.” Itu
pesan terakhir yang tidak dibalas lagi oleh Firsa saat itu.
Sejauh
percakapan dan perjalanan Firsa bersama teman lamanya, di dalam pikiran Firsa
hanya Nino dan Nino. Mungkin temannya merasa bahwa sejak awal bertemu dan
bercerita dia hanya bercerita dengan sebuah patung berbentuk Firsa di hadapannya.
Tak lama dari percakapan demi percakapan yang mereka
lewati, ada pesan masuk yang bertubi-tubi membuat Firsa melototkan matanya ke handphone miliknya itu. Ternyata saat
dibuka itu pesan dari Lauren yang mengutarakan perasaannya pada Hardi.
“Firsa kamu dimana?
Ternyata Hardi penunjuk jalan ke puncak loh. Dia sampai tidak tidur karena
takut rombongan yang lain tersesat. Barusan dia meneleponku lagi menanyakan
kabarku sekarang. Aku bilang aku sakit disini, badanku memang agak terasa demam.”
“Oh begitu ya. Wah baguslah kalau Hardi bisa terus menghubungimu setiap saat Ren. Semoga kalian bisa terus seperti ini ya Ren.” Balasku.
“Oh begitu ya. Wah baguslah kalau Hardi bisa terus menghubungimu setiap saat Ren. Semoga kalian bisa terus seperti ini ya Ren.” Balasku.
“Iya Firsa, untung
saja. Terimakasih ya sayang..” Pesan terakhir yang dibacanya dari Lauren.
Di perjalanan pulang, semua ruh Firsa terasa seperti tak
tahu dimana. Firsa mulai menutup diri dan tibanya dirumah dia hanya mengurung
dirinya di dalam kamar.
“Kenapa tidak ada waktu untukku?apa aku sudah tak special seperti dulu?apa benar janji
lelaki memang hanya berlaku mingguan seperti yang pernah diceritakan oleh
temanku?” Firsa mulai mengada-ada. Pikirannya dipenuhi segala kemungkinan
terburuk yang mungkin akan membuatnya menangis.
“Aku merasa
kehidupan cinta Lauren lebih indah. Dia selalu di hubungi lewat telepon oleh
Hardi. Aku teringat kamu yang dulu. Kamu kenapa Nino, sekarang kau sudah
berbeda. Kau sudah tak seperti dulu lagi.” Tanpa keraguan Firsa mengirimkan
pesan tersebut untuk Nino yang sekarang sedang dalam perjalanan pulang ke
Jakarta.
Firsa membaca pesan Nino dengan nada kesal yang dibuat
oleh dirinya sendiri yang berisi jawaban
sekaligus pesan penutup. “Oh jadi begitu.
Kau lebih menyukai kehidupan cinta mereka daripada perjalanan cinta kita selama
ini Firsa? Baiklah, kenapa tidak kau jadikan saja Hardi pacarmu agar kau lebih
bahagia lebih dari saat kau bersamaku. Sudahlah Firsa. Jangan lagi kau
menghubungiku mulai saat ini. Selamat Malam.”
Sepanjang malam terasa sangat dingin menusuk di kulit
Firsa yang saat ini sedang menangis meratapi penyesalannya dengan kata-katanya
yang cukup menyakiti hati Nino. Firsa merasa sangat egois apabila dia hanya
melihat masalahnya hanya dari satu hari saja. Selama ini, Nino yang selalu
menanyakan kabarnya, mengingatkan segala aktivitasnya, menyapanya di pagi hari,
mengucapkan selamat tidur di malam saat Firsa akan menutup matanya setelah
seharian beraktivitas. Nino, dia yang selalu memberikan motivasi dan semangat
disaat Firsa sedang mengalami masalah yang hampir membuatnya gila. Lalu,
telepon genggam Nino yang selama ini dirusak oleh atasannya karena di sela meeting penting masih sempat mengabari
Firsa. Sehingga Nino harus beberapa kali membeli telepon genggam yang baru.
Semuanya
yang telah dilewatinya bersama Nino, lebih dari sekedar indah, lebih dari
sekedar penting. Nino juga yang setiap hari bersama Firsa saat berkesempatan
kembali ke kampung halamannya karena mendapatkan libur panjang. Air mata yang
menetes mengantarkan Firsa ke dalam lelap tidurnya dan pergi ke suatu tempat
yang indah bersama pujaan hatinya.
҉
Firsa
memaksakan untuk membuka matanya yang berat dan beranjak dari tidurnya. Sunrise ini sangat indah, tetapi di mata
Firsa mentari seakan tak mau melihatnya karena kesalahannya semalam. Kemudian
ia cepat mengambil telepon genggam untuk mengirimkan pesan pada Nino.
“Selamat pagi Nino.
Mungkin kamu sudah tidak ingin melihat isi pesan dariku. Apa kamu sudah sampai
Jakarta? Maafkan aku masalah semalam. Nino, aku tidak bermaksud menyakitimu
dengan kata-kataku semalam. Aku mencintaimu lebih dari apapun. Aku hanya ingin
kamu yang selalu ada di setiap hariku. Terimakasih Nino. Terimakasih telah
hadir dan mengisi hari-hariku. Aku tidak pernah ingat apakah ada hari yang
kulewati tanpamu. Kamu selalu ada bersamaku meskipun kau jauh disana. Maafkan
aku Nino. Aku Sangat Mencintamu.”
Tak ada jawaban dari Nino sejak pesan itu dikirimkan
hingga matahari pun berganti shift-nya
dengan rembulan. Firsa mulai gelisah, namun dia tetap percaya dan selalu berdoa
agar pujaan hatinya selalu dilindungi dimanapun berada. Setelah menunaikan
sholat isya, Firsa memeriksa lagi telepon genggamnya dan melihat ada satu pesan
dan itu berasal dari Nino.
“Mungkin memang aku
tidak bisa selalu ada untukmu Firsa. Tetapi aku selalu ingin mengetahui segala
aktivitasmu dan selalu ingin menjagamu dari jauh. Sedikit sekali yang bisa aku
lakukan disini untukmu. Aku sudah memaafkanmu sebelum kata maaf itu terucap
dari bibirmu. Aku Sangat Mencintaimu Lebih dari Rasa Cintamu. Hanya satu yang
aku pinta, mulailah untuk percaya aku. Aku akan menjaga semua janjiku padamu. Maaf
pesanmu baru aku balas, aku istirahat seharian karena lelah.”
Firsa yang sudah tidak bisa membendung kebahagiaan yang
memenuhi hatinya kini menumpahkan semua lewat air mata. Terimakasih Nino. Hanya
kata-kata itu yang terulang berkali-kali di hati dan pikiran Firsa saat ini.
Firsa baru menyadari bahwa semua yang ia lihat indah di luar, bisa diibaratkan
tanaman tetangga yang lebih hijau dan segar dipandang mata. Padahal tanaman
yang kita tanam selama ini dengan penuh rasa sayang dan rasa cinta lebih banyak
manfaatnya dan buah yang lebih manis. Sudah banyak buah yang ia dapat dari
hasil tanaman yang ia tanam. Sedangkan tanaman tetangga yang masih hijau dan
segar sebenarnya merupakan tanaman yang baru saja ditanam dan baru akan
melewati segala musim hujan hingga panas.
“Nino. Aku tidak ingin
kehilangamu.”
-End-
Jumat, 01 Februari 2013
Steak Kentang dan Daging Saus Pasta
Uuuwalaaa...Steak Kentang Daging saus pasta ala Indri Queen..\(^_^) abs dsuruh jg pola mkn tp mlh msak.-__- maaf ya yg.^^
Kamis, 24 Januari 2013
Langganan:
Postingan (Atom)