Sabtu, 11 Februari 2012

Taman Butchart Kanada (Jarak - Bagian 3)


“Lagi ngapain? Masih nunggu ya?atau udah dijemput?” katanya dengan tambahan gambar senyum. Aku pikir  ada apa.Untunglah. “udah kok, ini lagi dijalan. Randa udh smpe ya?cepet bngt.”balasku dengan nada santai. “ya dong kan deket dari sini.”
Sambil duduk dimotor aku dan dia berbincang-bincang melalui sms. Kami membahas masalah seorang anak tunggal yang tidak dibiarkan oleh ayahnya kemana-mana sendiri kecuali ditemani oleh orang tuanya. Yah benar itu aku. Tak disangka ternyata Randa lebih senang dengan perlakuan orang tua yang seperti tu, karena menurutnya itu salah satu tanda kasih sayang yang ditunjukkan oleh orang tua kita walaupun sedikit berlebihan. Pikiranku jadi agak terbuka dengan setiap kata-kata bijak yang keluar dari dirinya.Aku jadi merasa beruntung memiliki orang tua seperti mereka.
Akhirnya aku sampai dirumah. Kuletakkan tasku di kamar, dan aku langsung membanting tubuhku dikasurku yang serba pink itu. Bibir ini tak lepas dari senyumku yang bahagia, tapi kadang tertahan karena malu, entahlah malu kenapa.Kutatap langit-langit kamarku dengan tatapan kosong,lagi lagi senyumku menggila tak karuan. Aku tertawa sendiri Aku jatuh cinta. Ia benar sepertinya saat ini aku telah jatuh cinta.
Cinta. Kenapa kau begitu indah. Serasa sedang berbaring di taman bunga Butchart Kanada, dengan ribuan jenis bunga seperti bunga pansy, bunga scillas, daphnes yang cantik, dan forsythis yang mengelilingi tubuhku. Kemudian aku menari kesana kemari diiringi musik piano milik om Jim Brickman. Kupu-kupu berwarna warni menemani tarianku.Ingin sekali kesana dengan seorang kekasih tercinta.
“Intan bangun...sholat maghrib sana..” Panggil ibuku dari kejauhan, sepertinya ibuku mengikutiku sampai Kanada. Tidak bisakah membiarkan aku sendiri sebentar saja disini, bukankah tempat ini aman, hanya ada aku dan bunga. Aku menghembuskan nafas seakan lelah.
“Bangunlah tan, udah maghrib,mandi sana.Sholat” Sambil menggoyangkan badanku.
Kemudian aku membuka mata perlahan. “Iya bu.” Jawabku kecewa saat aku sadar ternyata semua hanyalah mimpi. Dan kembali lagi senyumku terlempar tak tahu arah. Kututup mulutku lembut, agar ibu tidak menyadari keanehanku hari ini.
.....
Matahari muncul lagi, akhirnya hari minggu datang juga. Aku manfaatkan hari libur untuk bersantai melepas lelah karena keseharianku belajar selama seminggu ini. Karaoke bersama keluarga dirumah, tidur-tiduran, dan makan-makan. Senangnya..
Saat karaokean ayahku mulai curiga dengan mimik mukaku yang berbeda hari itu. Dia bertanya apakah anaknya sudah menemukan cintanya atau masih menaruh hati pada mantan kekasihku dulu. Aku jawab saja aku sudah melupakan yang dulu. Pasti ayahku tahu maksud anaknya adalah dia sudah menemukan seseorang yang membuat nya seperti ini. Lagu lagu yang kunyanyikan tak lain dan tak bukan hanya lagu yang bersyair cinta dan cinta.
Setelah merasa lelah bernyanyi, kubaringkan badan di atas kasur empukku. Saat aku lihat handphone ternyata sudah ada dua pesan yang isinya sama. “Pagi Intan..udah bangun belum?” Kubaca setelah melihat nama kontak yang mengirim adalah Randa. “Udah Ran, Randa hari ini nggak kemana-mana?lagi ngapain?” tanyaku karena penasaran dengan kegiatannya. “Hari ini kosong tan jadwalku, sekarang lagi makan duren aja nih, Intan mau?” balasnya. “Wah..mau ran, bagi donk..jangan pelit-pelit ran..haha”.jawabku. “Yaudah hari ini Intan nggak kemana-mana kan? Randa kerumah ya.”.
What???dia mau kerumah??Dia mau kenal ayah Ibu juga?? “Iya ran hari ini nggak kemana-mana kok, emangnya Randa nggak takut ketemu ayah ibu?” tanyaku.
“Kenapa musti takut, Randa kan bermaksud baik tan..Randa Cuma nggak enak aja status Randa saat ini masih belum apa-apa, masih anak sekolahan”. Tegasnya padaku.
“Jadi gimana ran? Jadi nggak kerumah?” Tanyaku sekali lagi untuk memastikan kegelisahan hati ini. “Kalau Intan nggak keberatan Randa sekarang siap-siap.” Jawabnya pasti. “Iya nggak keberatan kok.ntar aku kirim alamatnya ya.”
Setelah menyelesaikan obrolan itu aku langsung bersiap-siap menunggu kehadiran Randa yang saat ini sedang dalam perjalanan. Dan waktupun cepat berlalu akhirnya sebuah mobil kuda berwarna merah dengan silver dibawahnya memasuki pagar rumahku. Agak lama setelah itu, seorang lelaki berpakaian hitam, dengan jeans berwarna abu-abu, dan bersepatu putih turun dan berdiri menatapku. Lagi-lagi senyuman itu menusuk relung sukmaku.Dengan pakaian kuning beserta rok coklat aku sambut dia dengan hangat.