“Lagi ngapain? Masih nunggu
ya?atau udah dijemput?” katanya dengan tambahan gambar senyum. Aku pikir ada apa.Untunglah. “udah kok, ini lagi
dijalan. Randa udh smpe ya?cepet bngt.”balasku dengan nada santai. “ya dong kan
deket dari sini.”
Sambil duduk dimotor
aku dan dia berbincang-bincang melalui sms. Kami membahas masalah seorang anak
tunggal yang tidak dibiarkan oleh ayahnya kemana-mana sendiri kecuali ditemani
oleh orang tuanya. Yah benar itu aku. Tak disangka ternyata Randa lebih senang
dengan perlakuan orang tua yang seperti tu, karena menurutnya itu salah satu
tanda kasih sayang yang ditunjukkan oleh orang tua kita walaupun sedikit
berlebihan. Pikiranku jadi agak terbuka dengan setiap kata-kata bijak yang
keluar dari dirinya.Aku jadi merasa beruntung memiliki orang tua seperti
mereka.
Akhirnya aku sampai
dirumah. Kuletakkan tasku di kamar, dan aku langsung membanting tubuhku
dikasurku yang serba pink itu. Bibir ini tak lepas dari senyumku yang bahagia,
tapi kadang tertahan karena malu, entahlah malu kenapa.Kutatap langit-langit
kamarku dengan tatapan kosong,lagi lagi senyumku menggila tak karuan. Aku
tertawa sendiri Aku jatuh cinta. Ia benar sepertinya saat ini aku telah jatuh
cinta.
Cinta. Kenapa kau
begitu indah. Serasa sedang berbaring di taman bunga Butchart Kanada, dengan ribuan
jenis bunga seperti bunga pansy, bunga scillas, daphnes yang cantik, dan forsythis yang mengelilingi tubuhku. Kemudian aku menari kesana kemari
diiringi musik piano milik om Jim Brickman. Kupu-kupu berwarna warni menemani
tarianku.Ingin sekali kesana dengan seorang kekasih tercinta.
“Intan bangun...sholat
maghrib sana..” Panggil ibuku dari kejauhan, sepertinya ibuku mengikutiku
sampai Kanada. Tidak bisakah membiarkan aku sendiri sebentar saja disini,
bukankah tempat ini aman, hanya ada aku dan bunga. Aku menghembuskan nafas seakan
lelah.
“Bangunlah tan, udah
maghrib,mandi sana.Sholat” Sambil menggoyangkan badanku.
Kemudian aku membuka mata
perlahan. “Iya bu.” Jawabku kecewa saat aku sadar ternyata semua hanyalah
mimpi. Dan kembali lagi senyumku terlempar tak tahu arah. Kututup mulutku
lembut, agar ibu tidak menyadari keanehanku hari ini.
.....
Matahari muncul lagi, akhirnya
hari minggu datang juga. Aku manfaatkan hari libur untuk bersantai melepas
lelah karena keseharianku belajar selama seminggu ini. Karaoke bersama keluarga
dirumah, tidur-tiduran, dan makan-makan. Senangnya..
Saat karaokean ayahku
mulai curiga dengan mimik mukaku yang berbeda hari itu. Dia bertanya apakah
anaknya sudah menemukan cintanya atau masih menaruh hati pada mantan kekasihku
dulu. Aku jawab saja aku sudah melupakan yang dulu. Pasti ayahku tahu maksud
anaknya adalah dia sudah menemukan seseorang yang membuat nya seperti ini. Lagu
lagu yang kunyanyikan tak lain dan tak bukan hanya lagu yang bersyair cinta dan
cinta.
Setelah merasa lelah
bernyanyi, kubaringkan badan di atas kasur empukku. Saat aku lihat handphone
ternyata sudah ada dua pesan yang isinya sama. “Pagi Intan..udah bangun belum?”
Kubaca setelah melihat nama kontak yang mengirim adalah Randa. “Udah Ran, Randa
hari ini nggak kemana-mana?lagi ngapain?” tanyaku karena penasaran dengan
kegiatannya. “Hari ini kosong tan jadwalku, sekarang lagi makan duren aja nih,
Intan mau?” balasnya. “Wah..mau ran, bagi donk..jangan pelit-pelit ran..haha”.jawabku.
“Yaudah hari ini Intan nggak kemana-mana kan? Randa kerumah ya.”.
What???dia mau kerumah??Dia
mau kenal ayah Ibu juga?? “Iya ran hari ini nggak kemana-mana kok, emangnya
Randa nggak takut ketemu ayah ibu?” tanyaku.
“Kenapa musti takut,
Randa kan bermaksud baik tan..Randa Cuma nggak enak aja status Randa saat ini
masih belum apa-apa, masih anak sekolahan”. Tegasnya padaku.
“Jadi gimana ran? Jadi nggak
kerumah?” Tanyaku sekali lagi untuk memastikan kegelisahan hati ini. “Kalau
Intan nggak keberatan Randa sekarang siap-siap.” Jawabnya pasti. “Iya nggak
keberatan kok.ntar aku kirim alamatnya ya.”
Setelah menyelesaikan
obrolan itu aku langsung bersiap-siap menunggu kehadiran Randa yang saat ini
sedang dalam perjalanan. Dan waktupun cepat berlalu akhirnya sebuah mobil kuda
berwarna merah dengan silver dibawahnya memasuki pagar rumahku. Agak lama
setelah itu, seorang lelaki berpakaian hitam, dengan jeans berwarna abu-abu,
dan bersepatu putih turun dan berdiri menatapku. Lagi-lagi senyuman itu menusuk
relung sukmaku.Dengan pakaian kuning beserta rok coklat aku sambut dia dengan
hangat.
“Selamat datang dirumahku, Randa.”
Perkenalan Pertama (Jarak - Bagian 1)
Senyuman Pertama (Jarak - Bagian 2)
Perkenalan Pertama (Jarak - Bagian 1)
Senyuman Pertama (Jarak - Bagian 2)